Ada perjumpaan pasti ada perpisahan. Perpisahan! Ya, kata itulah yang sering memiliki suatu makna. Perpisahan berarti meninggalkan suatu hal. Tak jarang orang begitu berat untuk meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang ditinggalkan itu mungkin memiliki kesan yang bermakna dan menarik.
Itulah yang dialami oleh kakak-kakak kelas Rhetorica akhir, yang hendak meninggalkan seminari untuk menempuh hidup panggilan di jenjang selanjutnya. Kakak-kakak kelas Rhetorica sudah menyelesaikan pendidikannya di seminari dan secara bulat hati memutuskan untuk terus menanggapi panggilan. Mungkin ada perasaan berat untuk meninggalkan seminari, setelah sekian waktu mengisi hari-hari di seminari tercinta. Pastilah telah banyak kesan yang terukir.
Sudah menjadi suatu hukum bahwa hidup penuh pilihan. Mempertimbangkan sekian banyak pilihan, memutuskan pilihan akhir, dan memberikan komitmen atas pilihan yang sudah diputuskan adalah hal yang kita lakukan setiap hari dalam hidup ini. Hal ini berlaku baik untuk pilihan-pilihan dalam hal yang ringan, sedang, sampai pilihan-pilihan berat yang strategi dan sangat besar dampaknya terhadap hidup seseorang.
Seperti yang dialami kakak-kakak kelas Rhetorica, di seminari ini merupakan masa persiapan untuk menjadi imam. Pendidikan di seminari merupakan sebagian dari proses formasi pembentukan calon imam. Semua proses pembentukan calon imam itu bertujuan untuk memberikan suatu kemantapan agar benar-benar bisa memutuskan menjadi imam. Untuk menjadi imam kita dihadapkan pada dua alternatif pilihan untuk menjadi awam atau menjadi imam.
Dua pilihan hidup ini, memiliki konsekuensi tersendiri. Kalau memilih hidup sebagai imam, maka harus meninggalkan segala kemungkinan yang dapat kita peroleh dalam hidup berkeluarga. Tri prasetya kekal nanti harus dijalani dengan sukacita dan penuh komitmen hingga akhir hayat.
Untuk memutuskan hal itu tidak dapat terjadi sekaligus, perlu pematangan. Di seminari inilah kakak-kakak Rhetorika telah memperoleh dan merasakan kesempatan untuk mempertimbangkan pilihan hidup secara cermat.
Setelah mempertimbangkan semua itu secara masak dalam proses pendidikan di seminari ini. Kini tibalah saat perpisahan bagi kakak-kakak kelas Rhetorica yang telah memutuskan untuk terus menanggapi panggilan Tuhan.
Kakak-kakakku, kita semua patut bersyukur pada Tuhan sebab berkat karunia-Nya, kakak-kakak bisa menyelesaikan pendidikan di seminari ini dan secara mantap memutuskan untuk terus meniti jalan panggilan .
Meskipun belum sampai tujuan, kita patut bersyukur bahwa kakak-kakak sudah berada lebih dekat dengan tujuan itu, yakni imamat. Kita sadari bahwa semua itu tidak mungkin terjadi jika tidak ada campur tangan Tuhan lewat pembimbing dan semua orang yang mendukung kakak-kakak semua.
Kakak-kakakku, tiada yang dapat kami berikan selain ucapan terima kasih yang tulus dari adik-adik kelas. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, atas nasehat, atas canda tawa, atas kerja sama kita, atas doa, dan banyak hal yang lain.
Ingatlah bahwa perjalanan menuju imamat masih panjang. Berjuanglah untuk mencapainya. Kami selalu berdoa untuk perjuangan kakak-kakak, agar Tuhan selalu memberkatinya. Kami juga mohon doa dari kakak-kakak agar kami dapat berjuang dalam meniti panggilan di seminari ini. Kami mohon maaf jika selama ini kami melakukan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang di sengaja.
Selamat jalan kakak-kakakku. Jangan lengah dan kuatkan dirimu selalu. Hadapilah semuanya dengan mantap dalam naungan Tuhan. PROFICIAT!!!!
Re-camp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar