“Walaupun harus mengalami jatuh bangun seminari, namun saya merasa menjadi pribadi yang lebih baik dengan ingin selalu menjadi lebih baik lagi demi Tuhan dan sesama”. Itulah kesan Andraes Sudi Novianto yang terlahir tanggal 21 November 1987 di sebuah desa Ringinharjo, Kalirejo, Lampung. Ia memiliki banyak nama panggilan di Seminari, mulai dari Sudi, Andreas, dan Novi. Ia Seminaris bertubuh kecil ini gemar bermain voli dan jalan-jalan.
Moto hidupnya : “Aku ada dari dia dan untuk Dia - Ini aku utuslah aku” (Yes 6:8). Untuk itu ia memutuskan bergabung ke konggregasi SCJ.
“The experiences are the brutal and the best teacher”. Itulah kalimat yang sering diucapkan oleh Christoforus Susanto tatkala ia mengalami suka dan duka di Seminari, karena Tuhan selalu membentukku dalam setiap pengalaman hidup. Ia Lahir di Sukamakmur tanggal 21 Juli 1985. ini bernama lengkap. Seminaris asal Paroki Santo Yusuf Pekerja Tulang Bawang ini dipercaya menjadi bidel periode 2007/2008. Ia memiliki hobi membaca.
“Kuserahkan diriku sebagi persembahan yang hidup, kudus, dan yang berkenan kepadaMu” (Rom 12;1). Itulah motto hidup yang dipegangnya. Sebagai tanda cintanya kepada tanah kelahirannya, seminaris yang satu ini memilih untuk menjadi calon imam diosesan Keuskupan Tanjung Karang.
“Pendidikan di Seminari sangat bermanfaat bagiku. Aku merasa senang karena di sinilah aku mendapat banyak pengalaman, teman, pengetahuan, dan terlebih lagi pembentukkan pribadi.” Itulah kesan Fransiskus Halomoan Manalu. Ia muncul di dunia tanggal 21 September 1986 di Taman Raja. Sepak bola dan membaca menjadi hobi seminaris asal Paroki santa Theresia Jambi ini.
Moto hidupnya : “Aku datang untuk melayani bukan untuk dilayani”. Motto itulah yang mendorongnya untuk bergabung sebagai calon imam diosesan Keuskupan Agung Palembang.
Sosoknya yang pendek kecil membuat orang yang baru pertama kali bertemu dengan Jeremia Ginting menjadi sungkan, tapi seminaris kelahiran Rambang Batu 27 Januari 1985 ini justru ramah dan murah senyum. “Selama saya tinggal di seminari, saya merasakan kegembiraan yang besar sebab begitu banyak yang peduli dan cinta kepada kami di seminari”. Itulah kesannya selama tinggal di seminari. Bermain catur, voli, dan baca buku itulah hobi seminaris asal Paroki Hati Santa Perawan Maria Yang tak Bernoda Tanjung Pinang ini. “Hidup ini bukan untuk belajar, tapi belajarlah untuk hidup”, itulah motto hidup calon imam diosesan Keuskupan Pangkal Pinang ini.
Meskipun badan pendek, tapi panggilan tetap mantap. Selogan itu menguatkan Nikolas Rahmat Slamet Riyadi, seminaris yang bertubuh kecil (kalau tidak mau disebut kurus). Menghirup udara segar bumi sejak 17 mei 1988 di Jakarta, tetapi dibesarkan di Paroki Santo Petrus Borobudur. Penggemar komputer ini memiliki motto hidup “Totus Tuus” ( Aku milikMu sepenuhnya). Dengan motto itulah ia memberanikan diri untuk melintas batas untuk menjadi calon imam Keuskupan Agung Palembang.
Kesannya selama tinggal di seminari, “Menyenangkan dan menggembirakan, sebab banyak para donatur yang mau tergerak hatinya untuk membantu kami. Terima kasih kuucapkan untuk para donatur seminari.”
Aloysius Albertri Danier adalah salah satu organis senior di seminari. Meski ia mahir menggerakkan jari di atas tuts organ atau keyboard, seminaris kelahiran Tanjung Enim, 19 Januari 1990 juga pawai dalam berolahraga. “Terima kasih kepada orang-orang yang telah berpartisipasi dan mendukung panggialnku”. Itulah kesannya untuk seminari.
“Melayani Tuhan dan sesama dengan rendah hati”, itu motto hidupnya. Karena ia berasal dari Paroki Santo Yosep Tanjung Enim, maka ia memutuskan untuk menjadi calon imam diosesan Keuskupan Agung Palembang.
“Hidup akan bermakna bila setiap peristiwa direnungkan”, itulah motto hidup Bernadus Chandra Wahyudi, seminaris asal Paroki Santo Yusuf Pringsewu ini. Pemuda penggemar olahraga dan baca buku ini terlahir tanggal 4 Juni 1989 di Pagelaran, Lampung. Sebagai wujud keseriusannya dalam panggilan ia memilih untuk menjadi calon imam SCJ.
Kesannya untuk seminari “Di tempat ini saya bertambah dan berkemabng untuk menjadi pelayan Tuhan dengan segala kelebiahn dan kekurangan. Seminari is the best for me!”
“Kutilang” (kurus, tinggi, langsing) kiranya cocok untuk melukiskan postur tubuh seminaris asal Paroki Santo Isidorus Singkut ini Lahir di Singkut 5 Juni 1989. Dialah Juspani Bonifasius Lase. Seminaris yang satu ini punya segudang hobi, mulai dari membaca buku, mendengarkan musik, dan bermain voley. Orangnya ceria dan ramah. “Berikanlah yang terbaik bagi Allah di setiap harimu”, itulah motto hidupnya. Dengan semangat hidup yang didorong oleh motto hidupnya itu, dia memilih untuk menjadi calon imam pada konggregasi SCJ.
Kesannya untuk seminari “Seminari tempat awalku meniti panggilan dan aku bersyukur bisa merasakannya, apalagi mendapat teman yang membantu saya dalam panggilan ini”.
Metro merupakan tempat awal baginya untuk hadir di dunia ini. Tepatnya tanggal 21 April 1989. Kegemarannya membaca dan mendengarkan musik membuat seminaris asal Paroki Santo Yohanes Rasul Kedaton, Bandar lampung ini menjadi orang yang sangat kritis dan ceria. “Saya percaya bahwa saya dapat melakukannya”. Itulah motto hidup dari Leo Adiwidiangga. Tidak salah jika ia pun diterima sebagai calon imam SCJ.
“Kita harus dilatih dalam berbagi keutamaan dan mengamalkan keutamaan yang sudah sanggup kita lakukan. Baru kita akan sanggup memahami pengetahuan tentang semua keutamaan dan dapat menilai secara bijak keutamaan itu.” Dengan ungkapan itulah ia merumuskan kesannya buat seminari.
Michael Surya Hardi adalah sosok yang tumbuh dan berkembang di kota Palembang. Ia terlahir 4 November 1988. Jarak rumahnya dan seminari pun hanya sekitar 7 kilometer di wilayah Paroki Santo Fransiskus De Sales Palembang. Seminaris kelahiran Palembang ini memilki hobi nonton film, voli, mendengarkan musik, dan bermain gitar. “Hidup ini adalah perjuangan yang tak berakhir”, itulah motto hidup calon imam SCJ ini.
Kesannya untuk seminari “Ingatlah bahwa cinta itu tidak akan pernah mati dan sirna. Termasuk saat objeknya sudah tak ada lagi”.
Fransiskus Xaverius Rendi Jawal adalah satu-satunya “jeme dusun” kelahiran Pagaralam, 24 Februari 1989. Ia mengaku punya hobi jalan-jalan. Suara lantang sudah menjadi kekhasan dan melekat pada diri seminaris asal Paroki Santo Michael Tanjung Sakti ini. “Dalam hal kecil amupun besar, janganlah bodah dan jangan dari sahabat menjadi musuh” (Sir 5:11), menjadi motto calon imam SCJ ini.
Kesannya untuk seminari “Hidup di Seminari sungguh membahagiakan, karena semuanya telah ada”.
Thomas Waluyo, seorang pujakesuma (putra Jawa kelahiran Sumatera) ini satu-satunya calon imam SSCC. Ia mengaku punya hobi berolahraga, tetapi pemuda kelahiran 14 Maret 1988 ini juga mahir bermain musik keroncong. Ia amat pawai dalam memainkan bass “betot”. Kesannya untuk seminari sebagai seminaris yang berasal dari Paroki Santa Peraawan Maria Fajar Mataram adalah “Seminari telah membuatku mengerti akan arti sebuah kehidupan”. Motto hidupnya “Jadikanlah kegagalan sebagai batu loncatan untuk menjadi lebih baik lagi”.
Yohanes De Brito adalah seminaris yang bertubuh “pendekar” (pendek - kekar). Apakah karena itu ia terdorong untuk bergabung sebagai calon imam MSF? Jawaban hanya benar bila ditanyakan kepada pemuda yang berasal dari Paroki Santo Stefanus Talang Betutu ini. Ia memiliki hobi membaca, olah raga, dan mendengarkan musik instrumental. “Hidup akan terasa lebih, saat kita berani bersyukur”, itulah motto hidup seminaris kelahiran 11 Juni 1989 ini.
Baginya seminari menjadi kawah candra dimuka. Oleh karena itu, kesannya untuk seminari “Di kawah candradimuka inilah saya dibentuk dengan segala keterbatasan yang saya miliki. Di sini pulalah saya memperoleh kebahagian. Dia yang memberi, Dia pulalah yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan!”
Olahraga dan memancing menjadi hobi seminaris asal Paroki Santa Theresia Jambi ini. Tubuhnya yang kekar membuat calon imam SCJ ini dipercaya sebagai bidel umum 2007/2008. “Ego sum debilis et Deus vita perfectus est”, itulah motto hidup dari Yohanes Dwi Kristianto. seminaris kelahiran Pasir Mayang 19 Desember 1988 ini. Kesannya untuk seminari “Di seminari, aku merasa bahagia karena adanya kebersamaan sebagai keluarga besar”.
“Saya hanya bisa berusaha dan berdoa, selanjutnya biar Tuhan yang menentukan”, itulah motto hidup seminaris kelahiran Rejodadi 21 April 1989 ini. Keramahan dan keceriaan selalu melekat dalam diri Pius Agung Nugroho, calon imam diosesan Keuskupan Agung Palembang. Menyanyi, membaca novel, dan berenang menjadi hobi seminaris asal Paroki Santa Maria Assumpta Mojosari, Belitang ini. “Suka dan duka, tawa dan derita, menangis dan bahagia adalah suatu kenangan yang tak terlupakan. Boleh berproses dan berpotensi di seminari adalah kebanggan tersendiri. Seminarium Amo!” Itulah kesannya setelah empat tahun tinggal di seminari.
Seminaris yang ber-nickname Miki ini lahir di Gumawang, 6 Februari 1989. Dia mengaku sebagai orang yang senang mendengarkan dan bermain musik. Seminaris asal Paroki Santa Maria Tak Bernoda Gumawang ini bernama lengkap Paulus Miki Tobat Mursito. “Your grace enough to me” adalah motto hidup calon imam diosesan Keuskupan Agung Palembang ini. Kesannya selama empat tahun tinggal di seminari “Persembahan hidupmu tidak pernah akan sebanding dengan pengorbananNya, namun sadarilah bahwa hal yang demikian yang Dia harapkan.”
Mengandalkan tinggi badannya, membuat seminaris kelahiran Purwodadi 8 Agustus 1989 ini gemar berolahraga basket. Asal parokinya yaitu paroki Santa Maria Pengantara Lahat, membuat Paulus Roy Setiawan memilih menjadi calon frater Diosesan Keuskupan Agung Palembang. “Hari ini hendaknya lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok hendaknya lebih baik dari hari ini” itulah motto hidupnya. Kesannya untuk seminari “Seminari, di mana aku hidup hampir empat tahun tetap aman, sebab Santo Paulus selalu berjaga di depan kolam ikan”
Tubuh yang besar membuatnya tertantang untuk selalu memanggul salib. Maka tak salah jika Yosef Triadi Nugroho memilih bergabung sebagai calon imam OSC. “Aku sekali-kali tidak mau bermegah sealin dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus” (Gal 6:19). Itulah motto hidupnya. Membaca menjadi hobi seminaris kelahiran Palembang 20 Februari 1989 ini. Rumahnya pun tak jauh dari seminari, tepatnya berada di wilayah Paroki Santo Fransiskus De Sales Palembang. Ia tinggal di seminari selama empat tahun, maka kesannya untuk seminari “Tiada pengalaman hidup yang lebih indah, selain pengalaman formatio di seminari”
Berasal dari daerah Lugusari, Paroki Santo Yosef Pringsewu membuat Yulius Ardian Sofianto pun bersikap lugu. “Terus berjuang dan tetap berjuang. Pertempuran baru dimulai”, itulah motto hidup dari seminaris yang hendak bergabung sebagai calon imam SCJ ini. 16 Juli 1989 merupakan awal hidupnya. Sebagai seorang semianris, ia memiliki hobi musik dan nonton. Kesannya untuk seminari “Seminari sangat baik, untuk mengolah kepribadian dan kedewasaan. Para staf dan guru sangat baik dan sabar dalam mendidik para seminaris.”
Seminaris asal Paroki Para Rasul Kudus Tegalsari ini memiliki hoby mendengarkan musik rock dan slow. “I will come for you and give you new heart so that you have a life”, itulah motto dari Heinrich Hendric Ardianto. Hali itulah yang membuat seminaris kelahiran purwodadi ini memilih bergabung sebagai calon imam SCJ. Kesannya untuk seminari yang dicintainya adalah “Mengembangkan hidup, mengolah kepribadian, mencintai doa, dan menjalin relasi di seminari santo paulus adalah emas yang paling berharga.”
Terlahir di Palembang 29 Agustus 1988, membuat seminaris asal Paroki Trinitas Bangun Sari Belitang ini memilih bergabung sebagai calon frater Diosesan Keuskupan Agung Palembang. “Hidupku adalah Kristus, kematianku adalah keberuntungan”. Itulah motto hidup Hendrikus Dian Ristiandi, yang memiliki hobi bernyanyi dan olahraga ini. Ia tinggal di seminari selama dua tahun, maka kesannya untuk seminari “Hidup di seminari adalah hidup yang membahagiakan. Seminari adaalah posko iman bagi hidupku. Seminari adalah saudaraku.”
Seminaris asal Paroki Santo Yosep Pringsewu ini memiliki hobi olah raga lari. Kepiawaiannya dalam memetik gitar membuat orang bisa-bisa terpesona. “Aku hidup untuk melayani” itulah motto hidup dari Thomas Bayu Apriyanto, seminaris kelahiran Pringsewu, 20 April 1989 ini. Keyakinannya akan panggilan Allah, dijawabnya dengan menggabungkan diri sebagai calon imam ordo Carmel. Kesannya untuk seminari “Luar biasa, seminari menjadikan aku pribadi yang lebih baik dan matang dari sebelumnya.”